Akulturasi budaya dilakukan untuk saling mengenal satu sama lain unsur kebudayaan.
Terhitung Sebanyak 26 seniman yang terdiri atas seniman Bali dan Taiwan berada dalam satu panggung.
Mereka berkolaborasi menampilkan garapan tabuh dari alat musik tradisional gamelan Bali dan beiguan Taiwan.
Acara tersebut berlangsung secara meriah di Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI Tahun 2024.
Ketua Sanggar Seni Dharma Shanti Ubud I Made Sucipta di Denpasar, Selasa, mengatakan.
Dalam waktu 10 hari anak didiknya yang berjumlah 14 orang berlatih secara serius.
Mereka bersama 12 mahasiswa seni dari Taipe National University of the Art (TNUA), Taiwan.
Walau singkat, kata dia, seluruh penabuh banyak belajar, antara lain semua instrumen baik alat musik tradisional Bali maupun
Taiwan dipelajari bersama, bahkan pada beberapa lagu mereka bertukar posisi.
“Kadang mereka yang memainkan musik Bali dan kami main alat dia, silanglah, saling mempelajari.
Memang dia di kampusnya ada program yang mempelajari gamelan angklung,
Jadi mereka meneruskan dengan datang ke Bali memperdalam, bukan sebatas kolaborasi Pesta Kesenian Bali tapi banyak kelas
dengan segala alat musik Bali,” katanya.
Ia menjelaskan tentang musik beiguan asal Taiwan yang dibawakan di Pesta Kesenian Bali ini sebagai musik sakral,
Sehingga garapan tabuh dengan dua alat tradisional berbeda ini tidak mudah.
Selain itu, tantangan dalam hal komunikasi juga muncul selama latihan, sebab sebagian besar seniman TNUA Taiwan tidak fasih dalam berbahasa Inggris.
Sehingga untuk mengerti apa yang kami maksud mereka lebih banyak berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Ia mengatakan dari tujuh garapan tabuh yang dibawa selama melakukan pementasan.
Seluruhnya merupakan musik yang sudah ada namun dikembangkan agar sesuai dengan seluruh alat musik.
