Rangkaian Acara Peringatan Galungan dan Kuningan, Semakin Menciptakan Keharmonisan Antara Masyarakat

oleh -175 Dilihat
oleh
banner 468x60

 

Dalam menjalankan nilai nilai spiritual atau kebudayaan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dan dipenuhi.

banner 336x280

Setiap agama memiliki perlengkapan dalam pelaksanaan ritual dan sudah dilakukan sejak dahulu kala.

Biasanya terdiri dari bunga, jajan atau kue, buah dan lain sebagainya yang harus ada dalam acara tersebut.

Tahap demi tahap dalam Kegiatan harus dilakukan secara berurutan dan tidak boleh saling melangkahi.

Berikut beberapa rangkaian kegiatan terkait Galungan dan Kuningan yang biasa dilakukan di Bali

1. Tumpek Wariga

Tumpek Wariga jatuh 25 hari sebelum Galungan yang memuja Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.

Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa Bubuh (bubur) Sumsum berwarna.

Pada hari Tumpek Wariga, semua pepohonan akan disirami tirta wangsuhpada/air suci yang dimohonkan di sebuah Pura/Merajan dan diberi sesaji berupa bubuh tadi disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh, dan diisi sasat.

Setelah selesai, pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berharap agar pohon yang diupacarai dapat segera berbuah/menghasilkan untuk upacara hari raya Galungan.

2. Sugihan Jawa

Sugihan Jawa (Sugi dan Jawa) berarti Sugi sebagai arti bersih, suci dan Jawa artinya luar.

Sugihan Jawa adalah hari pembersihan/penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung).

Pada hari ini umat Hindu melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon.

Upacara Ngerebon bertujuan untuk menetralisir segala sesuatu yang negatif pada Bhuana Agung, lalu disimbolkan dengan pembersihan Merajan dan Rumah.

Pada upacara Ngerebon ini, di lingkungan Sanggah Gede, Panti, Dadya, hingga Pura Kahyangan Tiga/Kahyangan Desa akan diberikan sesaji.

Dalam pelaksanaannya Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang.

3. Sugihan Bali

Sugihan Bali yaitu pembersihan diri sendiri/Bhuana Alit.

Tata cara pelaksanaannya adalah mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih
sebagai simbolis penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat.

Dalam pelaksanaannya Sugihan Bali dirayakan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.

4. Hari Penyekeban

Hari Penyekeban memiliki makna filosofis “nyekeb indriya” yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama.

Hari Penyekeban ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.

5. Hari Penyajan

Hari Penyajan dirayakan untuk memantapkan diri sebelum perayaan hari raya Galungan.

Menurut kepercayaan, pada hari Penyajan umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu menuju Galungan.

Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.

6. Hari Penampahan

Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan.

Pada hari tersebut, umat akan disibukkan dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diterima selama ini.

Penjor dibuat dari batang bambu melengkung yang diisi hiasan sedemikian rupa.

Mereka juga menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara.

Penyembelihan babi ini juga mengandung makna simbolis yaitu membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.

Ada banyak makna dari setiap persiapan yang dilakukan tersebut, salah satunya adalah semakin menambah kebaikan antara masyarakat.

Secara sosial akan menambah kekompakan masyarakat karena harus saling gotong royong dalam melaksanakan upacara agar berjalan sukses.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.