Makna Hari Raya Kuningan dan Nilai Nilai Luhur Yang Terkandung Didalamnya

oleh -172 Dilihat
oleh
banner 468x60

 

Setiap melakukan upacara keagamaan setiap umat beragama memiliki tradisi yang dilakukan secara turun temurun.

banner 336x280

Tentunya hal tersebut lahir dari faktor sejarah yang memiliki berbagai unsur didalamnya dan diyakini pemeluk agama tersebut.

Namun seiring perkembangan zaman yang dipenuhi oleh beragamnya teknologi informasi dan serba digital yang canggih.

Berpengaruh terhadap partisipasi generasi saat ini dalam melakukan berbagai upacara dalam bentuk apapun.

Tentunya ini memerlukan pendidikan dan penyaaran sosial bahwa ritual dan upacara yang dilakukan sejak dahulu harus tetap lestari.

Hari Raya Kuningan atau sering disebut Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu, Kliwon, wuku Kuningan.

Pada hari ini umat melakukan pemujaan kepada para Dewa, Pitara untuk memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin.

Pada hari ini diyakini para Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja.

Sehingga dalam pelaksanaan upacara dan persembahyangan Hari Kuningan hanya sampai tengah hari saja.

Sesajen untuk Hari Kuningan yang dihaturkan di palinggih utama yaitu tebog, canang meraka, pasucian, canang burat wangi.

Di palinggih yang lebih kecil yaitu nasi selangi, canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi.

Di kamar suci (tempat membuat sesajen/paruman) menghaturkan pengambeyan, dapetan berisi nasi kuning, lauk pauk dan daging bebek.

Di palinggih semua bangunan (pelangkiran) diisi gantung-gantungan, tamiang, dan kolem.

Kemudian untuk setiap rumah tangga membuat dapetan, berisi sesayut prayascita luwih nasi kuning dengan lauk daging bebek (atau ayam).

Tebog berisi nasi kuning, lauk-pauk ikan laut, telur dadar, dan wayang-wayangan dari bahan pepaya (atau timun).

Tebog tersebut memaki dasar taledan yang berisi ketupat nasi 2 buah, sampiannya disebut kepet-kepetan. Jika tidak bisa membuat tebog, bisa diganti dengan piring.

Sesayut Prayascita Luwih : dasarnya kulit sesayut, berisi tulung agung (alasnya berupa tamas) atasnya seperti cili.

Bagian tengahnya diisi nasi, lauk-pauk, di atasnya diisi tumpeng yang ditancapkan bunga teratai putih, kelilingi dengan nasi kecil-kecil sebanyak 11 buah, tulung kecil 11 buah, peras kecil, pesucian, panyeneng, ketupat kukur 11 buah, ketupat gelatik, 11 tulung kecil, kewangen 11 pasucian, panyeneng, buah kelapa gading yang muda (bungkak), lis bebuu, sampian nagasari, canang burat wangi berisi aneka kue dan buah.

Sesajen ini dapat juga dipakai untuk sesajen Odalan, Dewa Yadnya, Resi Yadnya dan Manusa Yadnya.

Beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu: Endongan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi.

Tamyang sebagai simbol penolak malabahaya. Kolem sebagai simbol tempat peristirahatan hyang Widhi, para Dewa dan leluhur kita.

Pada hari Rabu, Kliwon, wuku Pahang, disebut dengan hari Pegat Wakan yang merupakan hari terakhir dari semua rangkaian Hari Raya Galungan-Kuningan.

Sesajen yang dihaturkan pada hari ini yaitu sesayut Dirgayusa, panyeneng, tatebus kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan demikian berakhirlah semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari, terhitung sejak hari Sugimanek Jawa. (Iloveblue)

Jadi inti dari makna hari raya kuningan adalah memohon keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.

Sebagai generasi bangsa kita harus menjunjung tinggi adat dan kepercayaan yang sudah dilakukan sebelum kita lahir.

Karena hal itu merupakan upaya kita dalam menjaga kelestarian budaya dan mewarisi nili nilai luhur bangsa.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.