Guru Indonesia Sarawak (GIS) Membangun Negeri Dari Ruang – Ruang Kelas di Malaysia

oleh -178 Dilihat
oleh
banner 468x60

Amanat Undang Undang Dasar 1945 salah satunya yakni memberikan pendidikan kepada semua warga negara Indonesia.

Dalam hal ini bukan berarti yang berada di Indonesia saja melainkan dari seluruh dunia dimanapun rakyat berada.

banner 336x280

Sebagai generasi bangsa sudah seharusnya menjadi kesadaran bersama untuk peduli dan bersatu dalam ruang pendidikan.

Harapannya adalah semua rakyat mendapat pendidikan agar bisa meraih prestasi termasuk yang ada di luar negeri.

Kalimat “Membangun negeri dari ruang-ruang kelas.” tertulis jelas pada bagian depan sebuah kaos hitam, dengan peta Indonesia di bagian tengahnya.

Sedangkan Di barisan bawah terdapat tulisan ini: Guru Indonesia Sarawak (GIS), peristiwa ini terjadi di Malaysia.

Kaos itu merupakan baju dari GIS beberapa waktu lalu ketika ada kegiatan belajar mengajar bagi buruh migran di luar negeri.

GIS adalah sebuah persatuan informal guru-guru Indonesia yang melayani pendidikan bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) melalui Community Learning Center (CLC) di Wilayah Sarawak, Malaysia Timur.

Memang sudah seharusnya di ruang kelas sekolah-sekolah di Indonesia, para pelajar ditanamkan rasa cinta terhadap tanah air sejak dini.

Ini sangat penting untuk menumbuhkan dan memupuk semangat kebangsaan mereka dengan mengajar anak pekerja migran.

Sama dengan istilah “Hubbul wathan minal iimaan” (Cinta tanah air itu bagian dari iman), begitu bunyi pepatah Arab yang masyhur itu.

Gerakan GIS membantu membangun Indonesia bukan dari dalam negeri, tapi dari negara tetangga terdekat.

Sedangkan Maksud “ruang kelas” di situ, juga bukan ruang kelas seperti terdapat di negeri sendiri.

Termasuklah para pelajar yang mereka didik, dengan keberagaman latar belakang identitas, sosial, dan kultural.

Dalam konteks inilah, menurut saya, upaya GIS itu menjadi luar biasa dan perlu mendapat perhatian lebih.

Apalagi kebetulan kita sedang memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-116 pada Mei ini, yang mengusung tema: “Bangkit untuk Indonesia Emas”.

GIS tidak bergerak sendiri.

Praktik yang sama lebih dulu dilakukan secara lebih masif dan luas oleh guru-guru CLC di seluruh Sabah beberapa waktu lalu.

Semua berada di bawah binaan dan naungan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) serta seluruh Perwakilan RI di Malaysia, khususnya di Sabah dan Sarawak.

SIKK dan CLC adalah produk dari hasil kerja sama yang baik antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam bidang pendidikan.

Mengingat jumlah anak PMI di Malaysia Timur begitu banyak, terutama di ladang-ladang sawit, dan sebagian besar tidak berizin tinggal (visa).

Akibatnya adalah mereka akhirnya tidak bisa bersekolah di sekolah-sekolah formal di Malaysia dan kesulitan mendapat ijazah.

Karena itu Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta Kementerian Luar Negeri, secara bertahap berinisiatif membentuk SIKK dan CLC.

SIKK diizinkan beroperasi oleh Pemerintah Malaysia pada 1 Desember 2008, sementara CLC diizinkan di Sabah mulai 25 November 2011 dan di Sarawak mulai 20 Januari 2016.

Secara administratif, SIKK menjadi induk dari semua pengurusan pelayanan pendidikan di CLC di Sabah dan Sarawak.

Sistem pembelajaran dan kurikulumnnya sama seperti yang diberlakukan di Indonesia, termasuk pengiriman guru-guru profesional.

Sampai Maret 2024, menurut data Divisi CLC SIKK, jumlah total pelajar di SIKK dan CLC 24.506 orang (SIKK: 1231 dari SD-SMA; 217 CLC di Sabah: 21.082 dari SD-SMP; 58 CLC di Sarawak: 2193 dari SD-SMP)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.