Tradisi Ojhung Situbondo Diciptakan Oleh Leluhur, Meskipun Saling Menyakiti Tetapi JIka Sudah Selesai Sama Sama Memaafkan

oleh -341 Dilihat
oleh

Indonesia memiliki ribuan kesenian yang lahir dari berbagai daerah sejak dahulu kala sebelum merdeka.

Bahkan ada beberapa seni yang tercipta sejak zaman kerajaan dan lestari hingga sekarang.

Ada beberapa kesenian yang dianggap sebagai ritual untuk acara atau maksud tertentu agar tercapai.

Ojhung (Ojung atau Ujung) adalah ritual tradisi dari Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.

Tradisi ini telah dilakukan oleh para leluhur dan nenek moyang Desa Bugeman sejak dahulu kala.

Dalam prakteknya Ojhung adalah tradisi saling pukul badan dengan menggunakan senjata rotan yang dimainkan oleh dua orang.

Kedua peserta ojhung memukul tubuh lawannya secara bergantian, jika peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha menangkis atau menghindar.

Berikut lima alasan ditampilkannya seni Ojhung di Situbondo

Pertama

Beberapa daerah (yang disebut) Ujung merupakan ritual untuk mendatangkan hujan.

Hal yang dipercaya adalah manakala darah pemain menetes ke tanah, itulah pertanda permohonan mereka diterima oleh Yang maha Kuasa.

Kedua

Seni permainan Ojhung ini juga menjadi pertunjukan awal dari pertunjukan Singo Ulung Situbondo, atau Bantengan di Mojokerto, dan sejumlah kesenian rakyat lainnya.

Ketiga

Ojhung pada zaman dulu merupakan sarana latihan kanuragan bagi prajurit kerajaan Majapahit yang kemudian menjadi tradisi masyarakat.

Keempat

Ojhung digelar sebagai suatu ritual khusus yang sakral untuk menyatakan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sekaligus bentuk harapan agar terhindar dari malapetaka dan bencana yang berbahaya.

Kelima

Seni Ojhung menjadi pertunjukan hiburan yang ditampilkan di panggung atau arena terbuka.

 

Peraturan dalam tradisi Ojhung

Dalam praktik permainan Ojhung , ketika dua pemain saling berhadapan, mereka tidak langsung memukul.

Melainkan pemain berputar-putar dulu, menghentak-hentakkan kaki, seperti orang menari.

Setiap kali gerakan pemain diselaraskan dengan iringan musik. Sesekali suara riuh penonton memberikan semangat pada jagoannya.

Dalam pertunjukan itu, Ojhung juga dilengkapi dengan wasit yang disebut Kemlandang dan durasinya dibatasi antara tiga hingga lima kali adu cambuk.

Dalam setiap pertandingan Ojhung , penyelenggara biasanya menyiapkan sejumlah dana yang diperuntukkan bagi pemain.

Rata-rata, usai tiga kali saling cambuk, penyelenggara akan memberikan uang kepada setiap pemain.

Namun, jika cambukan dinyatakan bagus oleh Kemlandang, dapat ditambah dua kali cambukan.

Pada “ronde”’ lanjutan inilah tiap pemain akan mendapatkan uang dua kali lipatnya. untuk lamanya waktu dalam Setiap ronde, rata-rata membutuhkan waktu sekitar lima menit.

Sebagai sebuah pertunjukan, tidak ada soal siapa kalah dan siapa yang menang. Yang penting pertunjukan berlangsung meriah.