Kemampuan seorang siswa sudah nampak dari pelajaran apa yang menjadi kesukaan atau paling diminati.
Tugas seorang guru adalah memupuk dan membawa siswa tersebut menuju prestasi sesuai dengan bidangnya.
Karena jika terlambat maka siswa akan kehilangan waktu dan terlambat untuk mempelajari pelajaran kesukaannya.
Ketika sudah dirasa memiliki kemampuan yang maksimal maka sekolah bisa memberikan rekomendasi agar siswa tersebut mengikuti kompetisi.
Tokoh inspirasi kali ini adalah seorang alumni pelajar dari papua yakni Septinus George dengan berbagai prestasi.
Sejak masih duduk di bangku sekolah, Septinus George Saa sudah terkenal sebagai siswa yang cerdas, terutama di bidang fisika.
Pada tahun 2004 saat ia masih menjadi siswa SMAN 3 Jayapura, Papua, George berhasil menjadi pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics.
Kemenangan ini diraih berkat makalah ilmiahnya yang berjudul Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor atau Rumus Penghitung Hambatan antara Dua Titik Rangkaian Resistor.
Kemudian pada tahun 2006 ia juga mempresentasikan hasil risetnya di depan para ilmuwan fisika di Polandia
Tujuannya yakniuntuk membuktikan bahwa itu benar merupakan hasil pemikirannya dan bisa diuji.
Karena prestasi tersebut, George mendapat sejumlah tawaran beasiswa untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Tetapi dia memutuskan untuk menempuh S1 jurusan Aerospace Engineering di Florida Institute of Technology.
Semangat belajar membuatnya meneruskan kuliah S2 jurusan teknik material di University of Birmingham, Inggris.
Meskipun lama menimba ilmu di luar negeri, George selalu mengatakan bahwa dirinya akan kembali ke Papua.
Untuk berbagi ilmu dengan lebih banyak orang dan turut membangun tanah kelahirannya.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan hidup George yang meraih banyak prestasi.
Dia tidak lupa dengan tanah kelahirannya dan ingin menjadi makna didaerah tempat tinggalnya dulu.