Lindungi Diri Generasi Dari Kebisingan Digital Yang Berpotensi Mengikis Fokus Dan Berfikir Kritis

waktu baca 3 menit
Minggu, 18 Mei 2025 07:22 47 prestasi

Di dunia yang sangat terhubung saat ini, kita dibombardir dengan aliran informasi yang terus-menerus.

Dari notifikasi media sosial hingga peringatan berita terkini, dunia digital adalah tempat yang bising.

Para ahli semakin khawatir tentang dampak “kebisingan digital” ini terhadap kemampuan kita untuk fokus, berpikir kritis, dan bahkan bertindak tegas.

“Kita terus-menerus ditarik ke berbagai arah oleh notifikasi dan pembaruan,” jelas Arief Eka Prasetya, S.Pd, guru SDN Gambangan 1 Maesan Kabupaten Bondowoso.

“Gangguan konstan ini memecah perhatian kita, sehingga sulit untuk terlibat secara mendalam dengan tugas atau berpikir jernih.

Keadaan seperti ini menurutnya layaknya seseorang yang mencoba membaca buku di tengah keramaian pasar.”

Masalahnya bukan hanya banyaknya informasi yang diterima, tetapi sifat Algoritme yang menggerakkan umpan media sosial kita.

Semuanya dirancang untuk membuat ketagihan, menyajikan konten yang membuat kita terus menggulir selama berjam-jam.

Hal ini dapat menyebabkan keadaan stimulasi yang konstan, sehingga sulit untuk memastikan diri dan benar-benar rileks.

“Sebenarnya otak kita dirancang untuk menyaring semua gangguan dan fokus pada hal yang penting,” kata Arief.

“Namun, volume dan intensitas gangguan digital yang sangat besar mengalahkan pertahanan alami kita.

Jadi pada dasarnya, dengan konsumsi berbagai ragam digital, kita melatih otak kita untuk terus-menerus terganggu.”

Konsekuensi dari serangan terus-menerus ini sangat luas. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan digital yang berlebihan dapat menyebabkan:

1. Rentang Perhatian yang Berkurang: Membuat Anda lebih sulit berkonsentrasi pada tugas-tugas yang rumit dan mempelajari informasi baru.

2. Pemikiran Kritis yang Terganggu: Menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang bijaksana dan kerentanan terhadap informasi yang salah.

3. Peningkatan Stres dan Kecemasan: Tekanan terus-menerus untuk tetap terhubung dan mendapatkan informasi dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

4. Penurunan Produktivitas: Karena perhatian terpecah-pecah, efisiensi dan hasil kerja menurun.

 

Ia juga menyayangkan fenomena orang tua menenangkan anak-anaknya dengan memberikan gawai.

Yang sebetulnya berakibat buruk pada perkembangan otak karena berbagai gambar audio visual datang bertubi-tubi menyerangnya.

Tentunya generasi dimasa depan akan banyak mengalami masalah psikologis jika ini tidak ada sinergi sosialisasi pencegahan sejak dini dari berbagai pihak.

Jadi, apa yang dapat dilakukan untuk memerangi dampak kebisingan digital? Para ahli merekomendasikan berbagai strategi, termasuk:

1. Detoksifikasi Digital: Memutuskan hubungan dari perangkat secara berkala untuk jangka waktu tertentu.

2. Latihan Perhatian Penuh: Belajar untuk fokus pada saat ini dan mengurangi kekacauan mental.

3. Manajemen Aplikasi: Menonaktifkan notifikasi yang tidak penting dan membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial.

4. Menetapkan Zona Bebas Layar Tertentu: Menetapkan area di rumah yang tidak boleh dimasuki perangkat.

 

“Ini semua bukan tentang meninggalkan teknologi dan informasi sama sekali,” tegas Arief.

“Ini tentang menyadari bagaimana kita menggunakannya dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesejahteraan kognitif kita.

Kita perlu mendapatkan kembali kendali atas perhatian kita dan mendapatkan kembali kemampuan kita.

Yaitu untuk berpikir mendalam dan bertindak tegas di dunia yang semakin didominasi oleh kebisingan digital.”

Perjuangan melawan gangguan digital merupakan perjuangan pribadi, tetapi perjuangan ini layak diperjuangkan.

Dengan mengambil langkah proaktif untuk mengelola konsumsi digital, kita dapat melindungi fokus, pemikiran kritis, dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.

Masa depan kita ditentukan dengan daya dan upaya melindungi diri kita serta generasi berikutnya dari bisingnya dunia digital.

Bijak menggunakan teknologi dan informasi penting di tekankan sejak usia dini, guna membangun manusia cerdas literasi untuk membangun negeri

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA