Dalam rangka Program Magang Budaya antara kemendikbudristek beserta lembaga terkait dengan KBRI Seoul.
Diharapkan bisa menumbuhkan Kecintaan Akan Indonesia di Korea Selatan sekaligus sebagai media silaturahmi.
Banyak hal yang diterima oleh Peserta, diantaranya kursus singkat dan diberikan pelatihan bahasa Korea.
Sehingga akan tercipta interaksi sosial antara mahasiswa Indonesia dan Korea yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Berikut materi kursus singkat terdiri atas lima program sebagai berikut
Pelatihan Batik, dibimbing oleh Frangky Kurniawan
Peserta diajarkan mengenai teknik-teknik dasar pembuatan batik, mulai dari membuat motif, membuat pola, proses nyanting, pewarnaan, hingga proses membatik selesai.
Mereka diberikan kesempatan untuk mencoba membuat batik sendiri dengan memadukan motif bunga nasional Korea Mugunghwa dan memperoleh wawasan tentang nilai-nilai kultural yang terkandung dalam batik Indonesia.
Tari Tradisional Indonesia, yang dibimbing oleh Tresna Maya Sofia
Peserta diajak untuk mempelajari gerakan-gerakan tari tradisional Indonesia. Para peserta pun menggali makna dan cerita di balik setiap gerakan, serta merasakan keindahan dalam menginterpretasikan budaya melalui gerakan tubuh.
Lagu Daerah dan Makanan Tradisional Indonesia, dibimbing oleh Dian Anggarapeni
Melalui pelatihan ini, peserta diperkenalkan dengan berbagai lagu daerah Indonesia beserta maknanya yang disajikan dalam bentuk paduan suara/vokal grup.
Peserta pun akan diajak untuk menikmati berbagai hidangan tradisional Indonesia yang akan disajikan pada Festival Indonesian Week.
Sehingga peserta dapat merasakan cita rasa yang autentik dari masakan Indonesia.
Wayang Suket dan Cerita Rakyat Indonesia, yang dibimbing oleh Yhoga Rizki Kristanto
Wayang Suket merupakan salah satu warisan budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia yang keberadaannya mulai memudar.
Dalam program ini, peserta lokakarya diajak untuk mempelajari sejarah, bentuk, karakter, filosofi, dan membuat Wayang Suket bersama.
Selain itu, cerita rakyat Indonesia pun turut disampaikan kepada para peserta lokakarya melalui pertunjukan Wayang Suket
Angklung dan Permainan Tradisional Indonesia, yang dibimbing oleh Hizkia Pertiwi
Pada pelatihan ini, selain sejarah perkembangan angklung, peserta pun diajak untuk memainkan Angklung dengan berbagai metode inovatif yaitu Angklung Padaeng (Partitur), Hand Sign, serta Galung yakni sebuah metode menggunakan warna sebagai panduan dalam memainkan berbagai jenis lagu.
Selain itu, untuk menambah keseruan, peserta juga diperkenalkan dengan berbagai permainan tradisional Indonesia, seperti congklak, gasing, bekel, dan permainan tradisional lainnya.
Saat berita diturunkan, pelaksanaan kursus masih berlangsung. Tercatat, sebanyak kurang lebih 200 orang selama kurun waktu 3 bulan yang merupakan mahasiswa dan civitas Busan University of Foreign Studies maupun mahasiswa internasional dari kampus lain serta masyarakat umum antusias mengikuti kursus meski waktunya singkat.
Turut hadir di acara penyambutan yakni Direktur Indonesia Centre, Yekyoum Kim dan Wakil Direktur IC-BUFS, Ni Made Rieke Elitasari.
Tidak ada komentar